NAMAKU LAMA
Namaku Lama.
Aku menempati rumah itu puluhan
tahun. Penuh kebencian, pertengkaran, kepahitan, dendam dan kemunafikan.
“Kurang ajar!”
“Anak tidak tahu diri!”
Tapi, itulah rumahku.
Aku bahkan mengenal arti
penolakan saat aku masih bayi. Aku benar-benar tidak diinginkan. Tidak diterima
dan dianggap tidak pernah ada. Batinku benar-benar terluka.
Aku tumbuh sebagai anak susu sapi,
tak puas minum asi. Penuh air mata dan dusta. Aku butuh pelampiasan!
“Rokok atu minuman keras?”
“Pornografi atau narkoba?”
Atau adakah yang bisa mengisi
lobang hampa diriku ini.
Malam itu aku terdesak masalah
keuangan. Dompetku kosong, apalagi hatiku. Mencari pinjaman uang hanya untuk
akhirnya dicaci dan dihina. Aku harus berjuang sendiri. “Utang lagi?” mereka mencaciku. “Sori,
gak ada duit buat elu!” Serangainya merendahkanku. Hmmm… beginilah hidupku.
Aku tidak boleh menyerah.. tapi apa
dayaku?
Aku Lama. Terbiasa munafik dan
penuh dosa. Nista berserakan disepanjang jalan hidupku. Aku sadar masih akan
melewati malam-malam panjang penuh penderitaan dan perjuangan. Hatiku menjerit.
Aku ingin diterima apa adanya. Aku ingin dipeluk seperti mereka! Aku tidak
ingin lagi memberontak, aku ingin pulang. Tapi kemanakah aku harus pulang?
Jalanankah rumahku? Kolong jembatankah rumahku? Emperan tokokah rumahku? Dimanaaaaaaa…..???
Mentari masih bersinar pagi ini.
Langit belum runtuh.
Aku percaya ada Tangan yang
sedang menenun hidupku. Menjadikanku indah seindah cintaNya. Aku Lama, aku
ingin keluar dari rumah ini. Aku ingin menjadi baru. Pergi berlari ke pantai
samudra mimpiku. Tidak terpuruk lagi seperti sekarang ini. Aku percaya Yesus melihatku.
“AnakKu,
kamu ciptaan baru didalam cintaKu..”
Komentar