GEREJA PERGI KE GEREJA ???
Sebagian besar dari kita tumbuh dengan pemahaman bahwa "GEREJA" adalah sesuatu yang terstruktur yang punya kegiatan pada Minggu pagi dan juga beberapa pertemuan lain yang disediakan supaya Roh Kudus datang dan melakukan hal-hal ajaib. Parahnya, Roh Kudus hanya diperbolehkan bergerak kurang lebih 2 jam saja (Kalo ibadahnya di Hotel malahan lebih cepat dikit…) pokoknya sesuai budget waktu (apalagi kalo sewa gedung..overtime bisa kena charge^^), ruangan dipenuhi jargon-jargon dan retorika ala Kekristenan yang begitu memanjakan Jemaat untuk dilawat Tuhan… (hmmmm…) Di beberapa gereja malahan penyambutan “Hadirat Allah” sama meriahnya dengan ritual pengusiran roh-roh jahat di udara… rameee banget..
Sangat sedikit orang yang mencapai titik serius dalam perjalanan mereka dengan Tuhan, di mana mereka benar-benar berhenti dan mempertanyakan motivasi mereka untuk pergi ke gereja sebagai “tindakan religius” mereka. Beberapa orang menghadiri pertemuan Minggu, datang ke gereja selama bertahun-tahun tanpa pernah mengerti apa alasan ikut ibadah Minggu pagi itu??? Karena pola pikir kita cenderung untuk berhubungan dengan Allah atas dasar seberapa baik kita melakukan sesuatu, misalnya: baca Alkitab, berdoa, menghadiri gereja, ikut komsel, dll. Kita tidak pernah mencoba “merenung sesaat”, mengambil waktu dan ‘retreat’ selama beberapa waktu, karena kita merasa nggak enak kalo sudah ‘absen’ beberapa kali pergi ke gereja… jadi akhirnya, minggu depan kita datang lagi ke gereja tanpa pernah mau mengerti untuk apa ke gereja..
Yang sangat menyedihkan adalah bahwa kebanyakan “pengunjung gereja” tampaknya merasa memiliki identitas rohani dan rasa aman pada hubungan mereka dengan keberadaan gereja itu sendiri. Sungguh luar biasa meskipun mereka tidak pernah berhenti bertanya-tanya (dalam hati) apa yang akan terjadi pada perjalanan rohani mereka jika “karpet” yang diinjak itu ditarik dari bawah kaki mereka. Bagaimana mereka dapat berdiri jika gereja lokal sudah ‘menutup pintu’ karena sebuah skorsing pelayanan? Masih mampukah mereka ‘loyal’ saat dikhianati ‘organisasi itu?? Seberapa aman hubungan mereka dengan Tuhan jika mereka terlempar jauh dari dari organisasi gereja itu?
“Christianity started in the Middle East as a fellowship; it moved to Greece and became a philosophy; it moved to Italy and became an institution; it moved to Europe and became a culture; it came to America and became an enterprise” – Sam Pascoe.
Selama berabad-abad segala macam doktrin buatan manusia yang cerdas telah diperkenalkan untuk membuat orang terpesona menyaksikan pertunjukan spektakuler hari Minggu , misalnya: kita harus "hidup layak" atau “harus dibawah covering rohani” dan lain-lain. Namun sebenarnya kita tidak pernah melihat contoh ini ditunjukkan oleh Yesus.
Tubuh Kita = Bait Allah
Dalam Perjanjian Lama Allah memilih tinggal di Tabernakel dan juga di bait Salomo yang dibangun dengan tangan manusia (Kel 4:34, 2Taw 5:11-14). Bangunan itu tidak dibuat untuk banyak orang, hanya imam besar dapat masuk sekali setiap tahun untuk mempersembahkan korban. Bangunan itu hanya diperuntukkan bagi Tuhan seorang. Tidak boleh ada yang lain!!!
Dalam Perjanjian Baru, ALlah tidak tinggal di Tabernakel atau gedung buatan tangan manusia! - Ia tinggal dalam diri setiap orang: Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (1Kor 6:19)
Sekarang dalam zaman Perjanjian Baru…kita adalah imam-Nya yang kudus, kita punya akses langsung ke dalam Ruang Mahakudus: Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. (1Petr 2:5)
Satu-satunya alasan kita bertemu di sebuah bangunan fisik adalah supaya kita nggak kehujanan, ato kepanasan (makanya di gereja pake AC) ato kulit jadi hangus karena sinar matahari. Bangunan ini hanya berfungsi untuk menampung orang-orang. TITIK!! Jadi mengatakan bahwa kita "pergi ke gereja" atau "kita menghadiri gereja" sebenarnya keliru, karena kita ADALAH gereja itu sendiri…
Melakukan fellowship dalam bangunan pada hari Minggu sangat disesalkan jika “Meeting Focused” daripada “Christ Focused”. Kita tidak perlu sebuah khotbah khusus, "pengurapan khusus" atau hal semacam itu untuk menjadi intim dengan Bapa kita. Dia ada bersama kita setiap langkah, sederhana saja : nikmati Dia karena kita adalah milik-Nya.
Apakah Pertemuan Minggu Pagi tidak alkitabiah?
Alasan sederhana mengapa pertemuan Minggu sangat popular itu karena kebanyakan orang libur hari Minggu. Jika misalnya kebanykan orang libur pada hari Senin, maka pertemuan-pertemuan gereja mungkin akan diadakan pada hari Senin. Semua hari sama, tidak ada yang lebih istimewa dari hari lain (baca Gal 4:9-10).
Jika ada yang mengatakan bahwa pertemuan Minggu sebagai hal yang “TIDAK ALKITABIAH”, maka itu bohong besar! Semua orang harus memiliki tempat persekutuan untuk terhubung dengan seluruh tubuh (pada hari mana saja dalam seminggu itu yang mereka mau – sesuai kesepakatan, tidak harus hari minggu…)
Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. (Ibr 10:25)
Kita semua adalah bagian dari tubuh yang sama dan tidak satupun dari kita yang seharusnya mencoba berfungsi dalam ‘ruang’ isolasi. Ini adalah kenyataan yang menyedihkan bahwa banyak bagian tubuh dipaksa untuk terhubung satu sama lain secara formal sesuai aturan gereja. Ini semua rentan terinfeksi dengan penyakit tradisi, agama formalism, dan aturan gerejawi.
Ketika kita menemukan diri kita terjebak dalam rutinitas yang sama tahun demi tahun, kita benar-benar harus bertanya pada diri kita sendiri apakah kehadiran di gereja yang kita lakukan ada gunanya atu tidak.
Kamu adalah gereja itu….
download pdf. file : http://www.scribd.com/doc/95297828
Komentar