MENGAMPUNI SUPAYA DIAMPUNI?
Sebuah resiko yang sangat besar telah terjadi dan terus terjadi.. itu telah menjadi sebuah kenyatan bahwa Bible Society memilih untuk menggabungkan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ke dalam satu buku tunggal. Keputusan ini telah menyebabkan kebingungan sangat dahsyat bagi orang-orang percaya di seluruh dunia. Banyak dari tulisan-tulisan dalam Alkitab sebelum peristiwa penyaliban Yesus yang menggambarkan Allah sebagai “makhluk yang kasar kejam”, menghancurkan dan menghukum orang jika mereka berani tidak mematuhi standar moral yang tertuang dalam 10 Perintah dan hukum/aturan lainnya.
Sebaliknya, setelah peristiwa salib Kristus kita melihat Paulus dan para rasul yang lain memberitakan pesan tentang KASIH YANG TIDAK BERSYARAT… kasih karunia bagi semua orang yang menempatkan iman mereka dalam Kristus. Bahkan, cara Tuhan berhubungan dengan orang percaya di bawah Perjanjian Baru sangat jauh berbeda dengan cara Ia memperlakukan Israel di bawah hukum Taurat (perlu diingat bahwa ini adalah hasil dari perbuatan mereka sendiri…), dan kedua cara ini tidak dapat dibandingkan!!! Aturan telah berubah, dan jangan sekali-kali mencoba untuk menjalankan aturan lama sementara anda sedang dalam lomba dengan aturan yang baru…. ini hanya akan menyebabkan kebingungan, kecaman dan ketakutan. Kita akan melihat salah satu dari perubahan aturan itu, yakni bagaimana Allah telah mengubah cara Dia mengampuni orang-orang dan apa implikasi hal tersebut bagi kita.
Tanpa pemahaman yang tepat dari konteksnya, beberapa pernyataan Yesus (sebelum salib) tampak bertentangan dengan apa yang diberitakan Rasul Paulus (setelah salib). Mari kita lihat contoh ini:
Yesus mengatakan hal berikut:
Mat 6:12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.
Mrk 11:25-26 Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." [Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.]
Ini berarti bahwa kemauan Allah dan kemampuanNya untuk mengampuni kita secara langsung berkaitan dengan kemampuan kita untuk memaafkan/mengampuni orang lain, yang berarti bahwa jika kita menolak untuk mengampuni orang lain, maka Allah juga tidak akan mengampuni kita. Dan tentu saja kita tahu bahwa tidak ada yang bisa pergi ke surga jika ada dosa yang belum diampuni ... nah Luangkan waktu sejenak dan berpikir tentang skenario ini: Ada sebuah syarat bahwa jika ada sedikit saja perbuatan kita yang belum diampuni, entah itu sengaja atau tidak disengaja, hal itu dapat mengutuk/menuduh kita dan selanjutnnya mengirim kita ke neraka… coba pikirkan sebentar…
Sebaliknya, Paulus membuat pernyataan berikut:
Efesus 4:32 4:32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Kol 3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
Rasul Yohanes juga menambahkan suaranya untuk “paduan suara” ini (^^)
1 Yohanes 2:12 Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya.
Sebelum salib (ketika Yesus hidup berjalan di muka bumi), bangsa Israel hidup di bawah aturan yang berbeda dari apa yang sekarang kita miliki. Ini disebut Perjanjian Lama… Hukum ini menyatakan bahwa kesetiaan Allah dan berkat-Nya sangat bergantung pada kemampuan Israel untuk mematuhi semua aturan. Jika mereka gagal (gagal memaafkan, gagal mematuhi, gagal mengorbankan, dll) mereka tidak akan diampuni dan dihukum karena pelanggaran mereka. Yesus juga hidup di bawah Hukum ini…
Gal 4:4 Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.
Yesus tahu bahwa Dia harus mengikuti aturan lama sehingga Ia kemudian bisa memberikan diri-Nya sebagai korban sempurna untuk semua pelanggaran dan umat manusia bebas dari tuntutan:
Rm 10:4 Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.
Di bawah Perjanjian Baru Allah menganggap orang-orang yang percaya kepadaNya sebagai tak bernoda dan tak bercacat di hadapan-Nya.
Ibr 10:16-17 sebab setelah Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka."
Kol 2:13 Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita..
Dalam kamus, kata "SEMUA" berarti: SEMUA. Tuhan telah mengampuni semua pelanggaran kita, yang berarti SEMUA DOSA, dosa masa lalu, sekarang dan masa depan. Nah sekarang kebanyakan pengkhotbah tidak memiliki masalah dengan pemahaman pengampunan atas dosa masa lalu dan dosa sekarang yang sudah diampuni, tetapi mereka rata-rata memiliki masalah besar ketika berhadapan dengan fakta bahwa semua dosa masa depan kita juga telah diampuni!! Para pengkhotbah ini menganggap ini sebagai lisensi untuk berbuat dosa. Namun ingat ini : jika Roh Kudus hidup dalam diri seseorang, maka orang itu tidak akan ingin memanjakan dirinya dalam perbuatan daging, tapi sebaliknya dia akan berjuang untuk hidup layak sesuai dengan panggilan yang telah diberikan!
Di bawah Perjanjian Baru kita tidak perlu mengampuni orang lain supaya kita juga diampuni. Namun ini bukan berarti kita tidak perlu mengampuni.
Coba pikirkan cerita ini : Pada zaman Romawi kuno, ketika seseorang dibunuh, mayatnya diikat di punggung pembunuhnya dengan tali dan dibiarkan membusuk. Daging yang membusuk ini kemudian akan mulai menginfeksi si pembunuh itu… dan perlahan-lahan ia akan mengalami kematian yang mengerikan dalam beberapa hari. Itulah yang terjadi ketika kita tidak melepaskan pelanggaran orang lain yang telah melukai kita.. itu akan menggerogoti seperti kanker…. itulah mengapa kita perlu untuk mengampuni: Ini untuk kebaikan kita sendiri.
Penjelasan terakhir tentang pengampunan: Satu-satunya perbedaan antara orang percaya dan tidak percaya adalah bahwa orang percaya telah menempatkan imannya dalam pengampunan Allah, dengan kata lain dia memilih untuk menerima karunia Allah yang penuh rahmat. Orang yang tidak percaya Yesus juga sudah diampuni dosanya (Bnd: 1 Yoh 2:2), tapi dia belum menerimanya. Ini point pentingnya: Kita harus menerima “HADIAH/PEMBERIAN” itu terlebih dahulu, sebelum itu menjadi milik kita sendiri.
2 Kor 5:19 5:19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.
Ada dua kelompok berbeda dalam ayat ini, yaitu "mereka" dan "kami". Allah melalui Anak-Nya telah mendamaikan dunia ("mereka") untuk diri-Nya, yang berarti Ia sudah melakukan semuanya dari sisi-Nya bahwa manusia perlu diselamatkan. Dan yang tersisa adalah bagi orang percaya ("kami") untuk mendapatkan berita baik supaya "mereka" ketika mereka mendengar, mereka akan percaya, menerima pengampunan Tuhan dan diselamatkan.
Tidak ada batasan yang dapat ditempatkan untuk pengampunan Allah. Tidak ada limit untuk pengampunan Allah!! Setiap dosa yang dirahasiakan, entah itu kecil dan tersimpan dalam gelap, hingga tindakan yang paling mengerikan dari kekerasan atau kebejatan… SEMUA telah dibayar oleh darah Yesus.
Mari nikmati pengampunan oleh darah Yesus dalam hidupmu…
Komentar