Aku Duduk Di Tengah Para Perokok


(My Reflection on 1st Module of SKK Online – Perjanjian Allah)
By. Yudhi H. Gejali, dr.

Ya betul, saat ini aku sedang duduk di sebuah Cafe yang penuh dengan asap rokok yang mengepul di tengah sebuah ruangan yang ber-AC. Aku duduk di sebuah meja, mendengar alunan Black Pop Music dialunkan dengan apik oleh band cafenya, dengan sebuah laptop di depanku, mengetik catatan refleksi ini.

Aku hampir tak percaya aku melakukan hal ini!

Hal ini mustahil aku lakukan bila kejadian serupa terjadi 2 tahun yang lalu. Bagi seorang Yudhi (dulu), sangat pantang berkumpul apalagi bergaul dengan para perokok. Yah, i can say that i’m not comfort untuk bergaul dengan “para pendosa” seperti mereka. Aku, yang seorang baik-baik, lahir dan tumbuh dalam lingkungan baik-baik, sekolah di sekolah favorit, dan “Lahir Baru” menerima Yesus di kelas 2 SMA. Sejak saat itu, aku mendefinisikan diriku sebagai “Anak gereja”, aktif pelayanan, ke gereja hampir setiap hari, tumbuh dan dibina dalam lingkungan Pendoa Syafaat dengan disiplin rohani yang ketat. Aku bersyukur dengan semua hal itu.

Lingkungan “anak baik-baik” memenuhi hidupku sampai aku kuliah jurusan Kedokteran, sampai aku lulus. Aku hidup dalam lingkungan baik-baik, dan menjaga diriku agar “tetap kudus” dan “tak tercemar dengan pergaulan dunia.” Aku akan berpikir berkali-kali bila aku harus duduk makan nongkrong dengan teman-temanku yang merokok atau bertato atau bertindik, atau melakukan hal-hal non agamawi lainnya. 


Rasanya tidak nyaman saja... Yudhi tidak bergaul dengan orang-orang seperti itu... Yudhi anak gereja...

Ironisnya...

Yudhi yang sama, di kamar, jatuh bangun berkali-kali dalam dosa seksual dan pornografi.
Ga ada yang tau. Atau lebih tepatnya: sepertinya ga ada yang tau. Entahlah, yang jelas diriku tau itu, dan aku tau Tuhan-pun tau.

Aku ga pengen jatuh... tapi aku jatuh. Lagi dan lagi...

Aku ga pengen jatuh, tapi aku jatuh. Setelah aku jatuh, aku merasa bersalah, aku merasa kerohanian yang kubangun selama ini hancur, dan harus kubangun lagi dari awal. Aku ga punya pilihan, aku harus mulai membangun lagi. Aku mengawalinya dengan meminta ampun di hadapan BAPAku yang (aku tau) kalau Dia akan mengampuniku yang tulus meminta ampun. Setelah minta ampun, aku berusaha untuk menjaga diriku supaya ga jatuh lagi. 1 hari, 2 hari, 1 minggu... dan u know what? Aku jatuh lagi. Dan siklus yang samapun berulang kembali.

Aku merasa gagal. Dan aku merasa bahwa akulah orang yang paling menjijikan dan paling berdosa. Paling ga pantas menjadi orang Kristen. Kata pendeta: “Kalau orang yang melakukan dosa, setelah diampuni, tetap melakukan dosa yang sama, itu namanya orang bodoh dan bebal.” Aku merasa mungkin aku masuk kriteria bodoh dan bebal. Puncaknya 2 tahun yang lalu. Aku mundur dari pelayanan, dan tidak ke gereja selama kurang lebih 4 bulan. Buat apa ke Gereja? Agama Kristen tidak bisa membuat aku menjadi orang baik!

Aku frustasi, Aku gagal menjadi orang Kristen!

Ternyata aku salah....! Kekristenan yang sesungguhnya bukanlah Kekristenan yang aku kenal selama ini. Dalam konteks Perjanjian Allah, aku adalah umat Perjanjian Baru yang hidup dengan paradigma Perjanjian Lama (Musa/Taurat). Beri aku waktu untuk menjelaskan hal ini....

Masa laluku di atas bukanlah aku tulis dengan tujuan memegahkan dosaku. Aku hanya mengkonfirmasi dalil Perjanjian Baru, yang mengatakan bahwa: semua manusia telah jatuh dalam kuasa dosa, dan tidak ada seorangpun yang benar (Roma 3:9-11), dan bahwa manusa telah gagal mencintai Tuhan sesuai standar yang seharusnya. Apa standarnya? Hukum Taurat.

Kalau boleh dibahasakan dengan lebih jujur. Hukum Taurat adalah Hukum yang memuat mana “Hal yang Baik” dan mana “Hal yang Jahat”, dan berisi dengan segala akibatnya. Hukum Taurat memerintahkan kita manusia untuk mencintai TUHAN dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan kita. Jika kita berhasil, maka kita diberkati. Jika kita gagal, kita dikutuk. Taurat menuntut manusia untuk berusaha mencintai Tuhan dengan mentaati seluruh hukumNya. Dan seperti yang sudah saya uraikan di atas, i’ve tried that, dan aku gagal total. Hukum Taurat gagal membuat manusia kudus, sebaliknya oleh Hukum Tauratlah manusia menyadari keadaannya, bahwa mereka tidak kudus, dan akhirnya Nabi terakhir Perjanjian Lama, Yohanes Pembaptis menunjukkan solusi dari semua masalah ini dengan menunjuk kepada Yesus: “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”. There is hope! There is a better way!

Orang tua ku berkata: “Ga usah fanatik sama Agama, semua Agama mengajarkan mana yang baik, dan yang salah. Sama aja.” Mereka betul tentang Agama. Tetapi kekristenan bukanlah tentang apa yang baik dan apa yang salah.

What?? Bukankah selama ini Gereja mengajarkan untuk mengetahui mana yang baik, dan mana yang salah, dan kita harus setia melakukan yang baik? Aku telah 12 tahun menjadi Kristen dan selama ini aku diajar tentang Baik dan Salah, dan melatih diriku untuk melakukan yang baik dan menghindari yang salah. Apakah aku salah? Apa yang salah dengan mengetahi baik dan salah?

Teman, bagaimana kalau ternyata Tuhan tidak menginginkan anda untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang salah?

WHAT?? Bukankah TUHAN itu baik dan Setan itu jahat??

Guys, coba pikirkan baik-baik. Jika TUHAN ingin manusia mengetahui mana yang “Baik”, mana yang “Jahat”, kenapa TUHAN melarang manusia untuk memakan buah pohon “Pengetahuan Baik dan Jahat”? Buah pohon yang dimakan Adam bukanlah Pohon Dosa, melainkan pohon “Pengetahuan Baik dan Jahat”, yaitu sebenarnya adalah Hukum Taurat. Manusia diperbolehkan memakan buah dari pohon manapun kecuali buah pohon pengetahuan baik dan jahat.

Manusia pada awalnya tidak dirancang sebagai mahluk yang mampu menanggung pengetahuan baik dan jahat tersebut, apalagi konsekuensinya. Adam dan Hawa waktu itu telanjang, dan TUHAN tidak sewot mengurusi ketelanjangan mereka itu sebagai pornografi. Manusia bukanlah mahluk yang bisa memilih untuk selalu melakukan yang baik, dan selalu tidak melakukan yang jahat. Buktinya sejak kecil kita diajar PPKN, dan pelajaran Agama, toh Indonesia adalah negara yang tinggi angka korupsinya. Orang Atheis malah lebih banyak yang bermoral dibanding orang religius. Artinya apa? Tidak diperlukan Agama untuk membuat orang lebih Bermoral. Agama, atau Taurat, atau Pengetahuan Baik dan Jahat telah GAGAL membuat manusia lebih bermoral, lebih benar, lebih kudus.

Pengetahuan Baik dan Jahat itu jatahnya Tuhan, bukan jatahnya manusia.

Jatahnya manusia adalah Yesus, sang Pohon Kehidupan.

Kita saat ini hidup dalam masa Perjanjian Baru, dimana hukum Taurat itu telah digenapi dalam kematian Kristus. Keadilan Allah akan Hukum Baik dan Jahatnya terbayar lunas saat Yesus menanggung semuanya di kayu salib. Buah Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat sesungguhnya telah hilang kuasanya. Tetapi mengapa gereja kembali menyajikannya bak makanan dalam piring cantik kepada jemaat?? Jemaat diracuni tiap minggunya!!!

Kita yang menerima Yesus, sebenarnya sudah memakan buah Pohon Kehidupan. HidupNya ada di dalam kita. Saat hidupNya di dalam kita, kita tidak perlu lagi memilih untuk melakukan mana yang baik dan jahat. Kan Yesus yang hidup dalam kita? Kalau Yesus hidup dalam kita, biarlah Dia yang menentukan mau hidup seperti apa. Jangan urusi hidup Allah. Tugas kita cuma bernafas saja. Hahaha.
(Oh Tuhan semoga yang membaca mengeri hal ini)

Dua tahun sudah berlalu sejak saya mengalami pembaharuan pengertian ini. Dua tahun sudah berlalu sejak saya mengerti apa Kekristenan yang sesungguhnya. Dan sejak saat itu, saya tidak peduli lagi apa saya melakukan yang baik atau yang jahat. Yang saya yakin, Tuhan Yesus hidup dalam saya, dan saya percaya Dia akan hidup dengan baik melalui saya. Kenyataannya memang begitu, tanpa saya sadari, saya sudah dilepaskan dari keterikatan saya dengan dosa pornografi itu, tanpa saya berusaha melepaskannya. Saya hanya continyu to live aja. Ternyata yang hidup bukan saya.

Saat ini, di tengah2 para perokok ini, saya mulai bisa merasakan sebuah cinta yang berdetak di jantung saya buat mereka. Saya yakin itu cintaNya Dia. Saya ga merasa sungkan lagi bergaul dengan mereka.
Dan pelayanpun bertanya, “Mas butuh asbak rokok?”, saya jawab, “Maaf mas, saya ga merokok.”






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibrani 12:6 Tuhan mencambuk anak-anakNya?

SAAT PENGHAKIMAN DIMULAI (1 Petrus 4:17)

MENGAPA TUHAN INGIN MEMBUNUH MUSA? (KEL 4:24-25)