Aku Duduk Di Tengah Para Perokok
(My Reflection on
1st Module of SKK Online – Perjanjian Allah)
Ya betul, saat ini aku sedang duduk di sebuah Cafe yang penuh dengan asap rokok
yang mengepul di tengah sebuah ruangan yang ber-AC. Aku duduk di sebuah meja,
mendengar alunan Black Pop Music dialunkan dengan apik oleh band cafenya,
dengan sebuah laptop di depanku, mengetik catatan refleksi ini.
Aku hampir tak
percaya aku melakukan hal ini!
Hal ini mustahil
aku lakukan bila kejadian serupa terjadi 2 tahun yang lalu. Bagi seorang Yudhi
(dulu), sangat pantang berkumpul apalagi bergaul dengan para perokok. Yah, i
can say that i’m not comfort untuk bergaul dengan “para pendosa” seperti
mereka. Aku, yang seorang baik-baik, lahir dan tumbuh dalam lingkungan
baik-baik, sekolah di sekolah favorit, dan “Lahir Baru” menerima Yesus di kelas
2 SMA. Sejak saat itu, aku mendefinisikan diriku sebagai “Anak gereja”, aktif
pelayanan, ke gereja hampir setiap hari, tumbuh dan dibina dalam lingkungan
Pendoa Syafaat dengan disiplin rohani yang ketat. Aku bersyukur dengan semua
hal itu.
Lingkungan “anak
baik-baik” memenuhi hidupku sampai aku kuliah jurusan Kedokteran, sampai aku
lulus. Aku hidup dalam lingkungan baik-baik, dan menjaga diriku agar “tetap
kudus” dan “tak tercemar dengan pergaulan dunia.” Aku akan berpikir
berkali-kali bila aku harus duduk makan nongkrong dengan teman-temanku yang
merokok atau bertato atau bertindik, atau melakukan hal-hal non agamawi
lainnya.
Rasanya tidak nyaman saja... Yudhi tidak bergaul dengan orang-orang seperti itu... Yudhi anak gereja...
Rasanya tidak nyaman saja... Yudhi tidak bergaul dengan orang-orang seperti itu... Yudhi anak gereja...
Ironisnya...
Yudhi yang sama, di
kamar, jatuh bangun berkali-kali dalam dosa seksual dan pornografi.
Ga ada yang tau.
Atau lebih tepatnya: sepertinya ga ada yang tau. Entahlah, yang jelas diriku
tau itu, dan aku tau Tuhan-pun tau.
Aku ga pengen
jatuh... tapi aku jatuh. Lagi dan lagi...
Aku ga pengen
jatuh, tapi aku jatuh. Setelah aku jatuh, aku merasa bersalah, aku merasa
kerohanian yang kubangun selama ini hancur, dan harus kubangun lagi dari awal.
Aku ga punya pilihan, aku harus mulai membangun lagi. Aku mengawalinya dengan
meminta ampun di hadapan BAPAku yang (aku tau) kalau Dia akan mengampuniku yang
tulus meminta ampun. Setelah minta ampun, aku berusaha untuk menjaga diriku
supaya ga jatuh lagi. 1 hari, 2 hari, 1 minggu... dan u know what? Aku jatuh
lagi. Dan siklus yang samapun berulang kembali.
Aku merasa gagal.
Dan aku merasa bahwa akulah orang yang paling menjijikan dan paling berdosa.
Paling ga pantas menjadi orang Kristen. Kata pendeta: “Kalau orang yang
melakukan dosa, setelah diampuni, tetap melakukan dosa yang sama, itu namanya
orang bodoh dan bebal.” Aku merasa mungkin aku masuk kriteria bodoh dan bebal.
Puncaknya 2 tahun yang lalu. Aku mundur dari pelayanan, dan tidak ke gereja
selama kurang lebih 4 bulan. Buat apa ke Gereja? Agama Kristen tidak bisa
membuat aku menjadi orang baik!
Aku frustasi,
Aku gagal menjadi orang Kristen!

Masa laluku di atas
bukanlah aku tulis dengan tujuan memegahkan dosaku. Aku hanya mengkonfirmasi
dalil Perjanjian Baru, yang mengatakan bahwa: semua manusia telah jatuh dalam
kuasa dosa, dan tidak ada seorangpun yang benar (Roma 3:9-11), dan bahwa manusa
telah gagal mencintai Tuhan sesuai standar yang seharusnya. Apa standarnya?
Hukum Taurat.
Kalau boleh
dibahasakan dengan lebih jujur. Hukum Taurat adalah Hukum yang memuat mana “Hal
yang Baik” dan mana “Hal yang Jahat”, dan berisi dengan segala akibatnya. Hukum
Taurat memerintahkan kita manusia untuk mencintai TUHAN dengan segenap hati,
jiwa, pikiran, dan kekuatan kita. Jika kita berhasil, maka kita diberkati. Jika
kita gagal, kita dikutuk. Taurat menuntut manusia untuk berusaha mencintai
Tuhan dengan mentaati seluruh hukumNya. Dan seperti yang sudah saya uraikan di
atas, i’ve tried that, dan aku gagal total. Hukum Taurat gagal membuat manusia
kudus, sebaliknya oleh Hukum Tauratlah manusia menyadari keadaannya, bahwa
mereka tidak kudus, dan akhirnya Nabi terakhir Perjanjian Lama, Yohanes
Pembaptis menunjukkan solusi dari semua masalah ini dengan menunjuk kepada
Yesus: “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”. There is hope!
There is a better way!
Orang tua ku berkata:
“Ga usah fanatik sama Agama, semua Agama mengajarkan mana yang baik, dan yang
salah. Sama aja.” Mereka betul tentang Agama. Tetapi kekristenan bukanlah
tentang apa yang baik dan apa yang salah.
What?? Bukankah
selama ini Gereja mengajarkan untuk mengetahui mana yang baik, dan mana yang
salah, dan kita harus setia melakukan yang baik? Aku telah 12 tahun menjadi
Kristen dan selama ini aku diajar tentang Baik dan Salah, dan melatih diriku
untuk melakukan yang baik dan menghindari yang salah. Apakah aku salah? Apa
yang salah dengan mengetahi baik dan salah?
Teman, bagaimana
kalau ternyata Tuhan tidak menginginkan anda untuk mengetahui mana yang baik
dan mana yang salah?
WHAT?? Bukankah
TUHAN itu baik dan Setan itu jahat??
Guys, coba pikirkan
baik-baik. Jika TUHAN ingin manusia mengetahui mana yang “Baik”, mana yang
“Jahat”, kenapa TUHAN melarang manusia untuk memakan buah pohon “Pengetahuan
Baik dan Jahat”? Buah pohon yang dimakan Adam bukanlah Pohon Dosa, melainkan
pohon “Pengetahuan Baik dan Jahat”, yaitu sebenarnya adalah Hukum Taurat.
Manusia diperbolehkan memakan buah dari pohon manapun kecuali buah pohon
pengetahuan baik dan jahat.
Manusia pada
awalnya tidak dirancang sebagai mahluk yang mampu menanggung pengetahuan baik
dan jahat tersebut, apalagi konsekuensinya. Adam dan Hawa waktu itu telanjang,
dan TUHAN tidak sewot mengurusi ketelanjangan mereka itu sebagai pornografi.
Manusia bukanlah mahluk yang bisa memilih untuk selalu melakukan yang baik, dan
selalu tidak melakukan yang jahat. Buktinya sejak kecil kita diajar PPKN, dan
pelajaran Agama, toh Indonesia adalah negara yang tinggi angka korupsinya.
Orang Atheis malah lebih banyak yang bermoral dibanding orang religius. Artinya
apa? Tidak diperlukan Agama untuk membuat orang lebih Bermoral. Agama, atau
Taurat, atau Pengetahuan Baik dan Jahat telah GAGAL membuat manusia lebih
bermoral, lebih benar, lebih kudus.
Pengetahuan Baik
dan Jahat itu jatahnya Tuhan, bukan jatahnya manusia.
Jatahnya manusia
adalah Yesus, sang Pohon Kehidupan.
Kita saat ini hidup
dalam masa Perjanjian Baru, dimana hukum Taurat itu telah digenapi dalam
kematian Kristus. Keadilan Allah akan Hukum Baik dan Jahatnya terbayar lunas
saat Yesus menanggung semuanya di kayu salib. Buah Pohon Pengetahuan Baik dan
Jahat sesungguhnya telah hilang kuasanya. Tetapi mengapa gereja kembali
menyajikannya bak makanan dalam piring cantik kepada jemaat?? Jemaat diracuni
tiap minggunya!!!
Kita yang menerima
Yesus, sebenarnya sudah memakan buah Pohon Kehidupan. HidupNya ada di dalam
kita. Saat hidupNya di dalam kita, kita tidak perlu lagi memilih untuk
melakukan mana yang baik dan jahat. Kan Yesus yang hidup dalam kita? Kalau
Yesus hidup dalam kita, biarlah Dia yang menentukan mau hidup seperti apa.
Jangan urusi hidup Allah. Tugas kita cuma bernafas saja. Hahaha.
(Oh Tuhan semoga
yang membaca mengeri hal ini)
Dua tahun sudah
berlalu sejak saya mengalami pembaharuan pengertian ini. Dua tahun sudah
berlalu sejak saya mengerti apa Kekristenan yang sesungguhnya. Dan sejak saat
itu, saya tidak peduli lagi apa saya melakukan yang baik atau yang jahat. Yang
saya yakin, Tuhan Yesus hidup dalam saya, dan saya percaya Dia akan hidup
dengan baik melalui saya. Kenyataannya memang begitu, tanpa saya sadari, saya
sudah dilepaskan dari keterikatan saya dengan dosa pornografi itu, tanpa saya
berusaha melepaskannya. Saya hanya continyu to live aja. Ternyata yang hidup
bukan saya.
Saat ini, di
tengah2 para perokok ini, saya mulai bisa merasakan sebuah cinta yang berdetak
di jantung saya buat mereka. Saya yakin itu cintaNya Dia. Saya ga merasa
sungkan lagi bergaul dengan mereka.
Dan pelayanpun
bertanya, “Mas butuh asbak rokok?”, saya jawab, “Maaf mas, saya ga merokok.”
Komentar