POHON TERLARANG!!
Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." Kejadian 2: 16-17
"Mengapa…, Tuhan? Buah ini indah, tampak lezat, baunya harum dan berada dalam jangkauan kami. Engkau mengatakan bahwa kami bisa makan dari semua pohon yang lain, trus…apa yang berbeda tentang yang satu ini "
Sebuah pertanyaan yang baik dan wajar --jika Adam atau Hawa mempertanyakan perintah aneh yang baru saja diberikan Tuhan mereka. Mereka saat itu berada di surga dan setiap kebutuhan terpenuhi. Tapi Anda tahu apa yang terjadi ketika tanda telah dipasang, "Cat Basah, Jangan sentuh!" Satu hal kita telah diperingatkan yaitu TIDAK MENYENTUHNYA!
Hanya apa sih yang begitu hebat tentang pohon ini? Buah dari pohon ini -bila dimakan- memberikan pengetahuan tentang baik dan jahat. Setan mengatakan kepada Hawa, "Makanlah dari pohon ini dan kamu akan menjadi seperti Allah." Dan apa artinya? Bahwa kita dapat membuat keputusan kita sendiri tentang yang baik dan jahat tanpa bantuan Tuhan. Bahwa kita mampu menghadapi dunia dengan kekuatan kita sendiri. Kita tidak membutuhkan Allah. "Jangan panggil aku, Tuhan. Aku akan menelepon Anda kalau aku membutuhkan-Mu. Adam dan Hawa – melalui satu pelanggaran itu – menjadi "independen "dari Allah. Mereka menolak otoritas-Nya atas mereka- dan tragis akibat pemberontakan itu diwariskan atas semua keturunan Adam -- Anda dan saya!
Allah ingin menjadi Allah bagi kita. Dia ingin menjadi satu-satunya yang memutuskan apa yang baik bagi kita dan apa yang harus kita hindari. Dia ingin menjadi Dia yang memperhatikan kita, melindungi kita, menuntun kita, menjaga kita dari masalah-- dan Dia tidak dapat melakukannya jika kita duduk di kursi-Nya… Jika kita cenderung selalu menganalisis apa yang dilakukan Tuhan dan berkata dalam hati, "Itu kan pendapat-Nya. Saya sudah membaca banyak tentang ini dan hal itu bukan ancaman jika Dia melakukan menurut caraNya sendiri.. tapi aku akan melakukannya dengan caraku sendiri. Aku tidak melihat bahwa ini adalah masalah serius "
Berapa banyak dari kita melihat sikap ini pada anak-anak kita.? "Semua orang melakukannya dan mereka bilang itu menyenangkan. aku tidak akan membiarkan rasa palsu mengendalikan aku. Kamu terlalu hati-hati; tapi aku sudah memutuskan… jadi lupakan saja! "
Begitu pula dengan kita semua. Allah memberitahu kita apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, tetapi kita memutuskan untuk diri kita sendiri dan mengabaikan hikmat-Nya. Moto kebanyakan orang adalah : "Saya mampu membuat keputusan saya sendiri. Saya bisa melakukannya dan saya akan melakukannya dengan cara SAYA! "
Jadi kita juga memiliki “POHON TERLARANG” di kebun kehidupan kita masing-masing—sama seperti Adam dan Hawa. Kami cukup paham tentang apa yang mereka lakukan hari itu di Taman Eden :
"itu Hawa yang memetiknya! Dia yang harus disalahkan! "
"Mereka berdua gak punya otak!"
"Saya berharap saya ada di sana dan saya tidak akan melakukan seperti yang mereka lakukan! "
Dan kita terang-terangan menyalahkan pria dan wanita “pertama” itu untuk ‘kekotoran’ kita...
Allah adalah "Caretaker" pohon itu dan telah dipasang tanda: “KAMI MENGECAT, JANGAN SENTUH!” Dia rindu kita menerima otoritas-Nya dalam hidup kita. Dia akan membimbing kita dan memperingatkan kita tentang kejahatan yang mungkin ada di jalan kita. Dia rindu untuk merawat kita dengan lembut dan bijaksana. Dia memberikan Anak-Nya untuk membuktikan kasih-Nya bagi kita. Dia akan memenuhi semua kebutuhan kita. Jika kita membiarkan Dia bertanggung jawab atas pohon itu bukannya menjangkau dan meraih buah maka apa yang terbaik pasti terjadi dalam hidup kita..
Tuhan ingin mengambil kendali penuh atas diriku sendiri dan tidak membiarkan kita memutuskan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak lakukan untukku. Walaupun saya cenderung berpikir, "Mengapa Anda memberi saya otak jika Anda tidak ingin saya untuk menggunakannya?" Tetapi saya mulai mengerti sekarang. Saya menggunakan otak pemberian Allah terus-menerus di banyak daerah penting dan santai dalam hidup saya, tapi memutuskan antara apa yang baik untuk saya dan apa yang tidak baik bagi saya tidak ada dalam job description saya.
Keputusan ada di tangan kita masing-masing….
Komentar