OBAT SIAPA YANG ANDA AMBIL? (Bahaya Membaca Kitab Suci Keluar dari Konteks)
Ada
dua orang pergi ke dokter. Yang pertama menderita kanker stadium lanjut dan membutuhkan
pertolongan intensif. Yang kedua adalah seseorang sehat dan pergi kesitu hanya
untuk check up rutin. Dan Sang dokter adalah dokter ahli yang memberikan resep
obat jitu untuk setiap kasus.
Namun, apoteker yang menyiapkan obat salah memberikan pada orang yang bersangkutan. Pria dengan kanker diberikan multivitamin dan diminta berolahraga setiap hari, sementara orang yang sehat diminta menjalani kemoterapi. Tidak mengherankan, orang yang sakit kanker meninggal karena mengambil obat yang salah, sementara orang yang sehat seharusnya tidak perlu menderita.
Namun, apoteker yang menyiapkan obat salah memberikan pada orang yang bersangkutan. Pria dengan kanker diberikan multivitamin dan diminta berolahraga setiap hari, sementara orang yang sehat diminta menjalani kemoterapi. Tidak mengherankan, orang yang sakit kanker meninggal karena mengambil obat yang salah, sementara orang yang sehat seharusnya tidak perlu menderita.
Dalam perumpamaan ini dokter ahli itu menggambarkan Yesus. Yesus memahami setiap orang dan selalu memberikan obat
yang sempurna.
Untuk orang yang merasa diri benar berdasarkan perbuatan, obat yang cocok adalah hukum Taurat. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa hukum Taurat itu baik jika digunakan dengan tepat (1 Tim 1:8). Tujuannya adalah untuk menghancurkan kesombongan, membungkam kebenaran diri sendiri dan mengungkapkan kebutuhan untuk Juruselamat. Akhirnya hukum Taurat dimaksudkan untuk membawa kita kepada Yesus (Gal 3:24) dan bahwa kita dapat menerima karunia kebenaranNya (Rm 5:17).
Tetapi hukum Taurat tidak ada gunanya untuk orang benar yang telah dibebaskan dari kanker dosa. Ketaatan terhadap Taurat yang kudus tidak pernah menghasilkan hidup yang kudus (Gal 5:1, Kol 2:23). Obat terbaik untuk orang-orang kudus adalah dosis sehat dari kasih karunia Allah yang dilengkapi dengan latihan iman setiap hari dalam Dia yang mampu menjaga kita agar tidak jatuh (Yud 1:24).
Untuk orang yang merasa diri benar berdasarkan perbuatan, obat yang cocok adalah hukum Taurat. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa hukum Taurat itu baik jika digunakan dengan tepat (1 Tim 1:8). Tujuannya adalah untuk menghancurkan kesombongan, membungkam kebenaran diri sendiri dan mengungkapkan kebutuhan untuk Juruselamat. Akhirnya hukum Taurat dimaksudkan untuk membawa kita kepada Yesus (Gal 3:24) dan bahwa kita dapat menerima karunia kebenaranNya (Rm 5:17).
Tetapi hukum Taurat tidak ada gunanya untuk orang benar yang telah dibebaskan dari kanker dosa. Ketaatan terhadap Taurat yang kudus tidak pernah menghasilkan hidup yang kudus (Gal 5:1, Kol 2:23). Obat terbaik untuk orang-orang kudus adalah dosis sehat dari kasih karunia Allah yang dilengkapi dengan latihan iman setiap hari dalam Dia yang mampu menjaga kita agar tidak jatuh (Yud 1:24).
Perumpamaan dijelaskan (jika anda belum mengerti sebelumnya)
Dalam perumpamaan diatas, apoteker yang bingung adalah gambaran pengkhotbah yang keliru yang - memberitakan kasih karunia untuk orang-orang berdosa dan hukum Taurat untuk orang-orang kudus. Hasilnya adalah keduanya menjadi lebih buruk. Orang berdosa salah memahami bahwa semuanya akan baik-baik bahkan ketika mereka mengalami kematian dan tidak sadar neraka tersedia untuknya. Sementara orang-orang kudus salah mengerti bahwa keselamatan bukanlah usaha kita, melainkan Kristus. Alih-alih berjalan dalam kebebasan yang diberikan Kristus, mereka terperangkap dalam rasa bersalah dan gagal untuk hidup seperti Kristus hidup. Mereka menjadi sengsara dan rambutnya mulai rontok karena stres.
Alkitab adalah gudang obat yang menyelamatkan jiwa. Seluruh Alkitab berguna untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16). Tapi pengkhotbah galau kadang meresepkan obat yang salah. Niat baik kotbah mereka menjadi lebih berbahaya daripada sebaliknya.
Mari saya beri contoh dari tiga pasal Surat 2 Petrus.
Dalam pasal 1 Petrus membahas pengampunan, anugrah dan kekuatan yang datang dari Allah.
Dalam pasal 2 Petrus memperingatkan jemaat tentang nabi palsu dan guru-guru palsu yang "di antara kamu" (ayat 1). Orang-orang ini terlihat seperti apa? Bagaimana kita mengenali mereka? Petrus mengatakan mereka adalah orang-orang yang mengikuti jalan Bileam (ayat 15), mereka "budak kebejatan" (ayat 19), yang tahu tentang Yesus, tetapi "tidak pernah berhenti berbuat dosa" (ayat 14). Singkatnya mereka adalah orang berdosa yang tahu tentang hal-hal dari Allah (seperti Bileam), yang berkenalan dengan "jalan kebenaran," tetapi mereka telah berpaling dari itu (ayat 21) dan tinggal di bawah kutukan (ayat 3). Petrus jelas membedakan "orang tidak benar" dengan "orang saleh yang Allah selamatkan dari percobaan" (ayat 9).
Dalam pasal 3 perhatian Peturs kembali pada orang-orang kudus, empat kali menyebut mereka sebagai "saudara-saudara kekasih." Jika pasal 2 penuh kemarahan terhadap kedurhakaan dalam gereja, pasal 3 berisi nasihat seorang ayah untuk orang-orang kudus.
Jadi, di mana bahayanya?
Masalah timbul ketika “peracik obat” (pengkhotbah, Pengajar, dll) mengacaukan kata "Saudara-saudara kekasih" dari pasal 3 dengan "budak kebejatan" pasal 2. Celakanya, kata-kata kutuk yang dimaksudkan untuk orang-orang fasik dipakai terhadap orang-orang dibenarkan Kristus. Bukannya memperingatkan tentang bahaya mendengarkan guru dan nabi-nabi palsu, orang-orang kudus diperlakukan seolah-olah mereka adalah bagian dari kepalsuan itu sendiri. Tak pelak apoteker sesat seperti ini dipandang telah menghina kasih karunia Allah dan menyangkal karya salib. Alih-alih menyelesaikan dengan pujian dan ucapan syukur bagi Yesus, orang Kristen cenderung merasa lebih buruk daripada ketika mereka pertama kali menjadi orang percaya.
Seperti Petrus, Yudas menarik garis jelas antara "orang-orang fasik" dan "Saudara-saudara" yang dicintai dan diselamatkan Yesus. Sangat penting untuk dicatat bahwa kedua jenis orang ini ada di dalam gereja. Yudas mengatakan orang fasik yang menyangkal Yesus Kristus sebagai Tuhan telah "menyelinap di antara kamu" (ayat 4).
Sekali lagi, di tangan seorang pengkhotbah galau, peringatan Yudas untuk orang-orang kudus dapat dipelintir menjadi doktrin usaha manusia.. Berjuang dalam iman, menjaga diri dalam kasih Allah, jangan sampai Anda berakhir seperti mereka" dan seterusnya, dan seterusnya..
Tapi pesan inti Yudas adalah "celakalah mereka" (ayat 11), bukan "celakalah kamu." Obat Yudas adalah teguran khusus untuk orang fasik yang tinggal di bawah kutukan, bukan orang kudus yang dibenarkan Yesus. Pokok surat Yudas adalah salah satu jaminan jelas bahwa orang Kristen adalah mereka yang dibenarkan, dikuduskan dan diselamatkan oleh Yesus:
24 Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya, 25 Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.
Komentar