MENGGUGAT INJIL ZAMAN INI
Agama Kristen telah menjadikan Injil tidak
lagi hanya bicara tentang Kristus, melainkan juga berbicara tentang Next Level,
Kepemimpinann, Karakter, Kepedulian sosial dan lain-lain. *ironi*
Yesus Kristus adalah “gravitasi” yang menyatukan segala sesuatu dan memberi mereka arti, realitas, dan makna. Tanpa Dia, segala sesuatu kehilangan nilainya. Tanpa Dia, segala sesuatu hanyalah potongan-potongan terpisah yang melayang-layang di angkasa.
Bisa saja anda berbicara tentang hal rohani, moralitas, etika, kebajikan, atau bahkan mahkota surgawi, namun anda tetap kehilangan Kristus dalam esensinya, yang sesungguhnya merupakan perwujudan dan inkarnasi dari semua kebenaran spiritual, nilai-nilai, kebajikan, dan mahkota surgawi itu. Cari dan pelajarilah tentang moralitas, karakter, nilai, kebajikan, atau karunia rohani, dan anda akan mendapatkan sesuatu yang mati. Anda hanya akan menemukan kematian didalamnya.
Kenallah Kristus, peluklah Kristus, nikmati Kristus, dan sebenarnya
anda sedang
menyentuh
kehidupan, karena dalam Dialah berdiam semua Kebenaran, Nilai, Kebajikan dan Berkat. Keindahan
hanya
memiliki makna dalam keindahan Kristus, dan didalam Dia yang memiliki
hidup kita, kita menemukan cinta dan keindahan sejati.
Apakah sebenarnya Kekristenan itu? Ini tentang Kristus. Tidak lebih. Tidak kurang. Kekristenan bukanlah sebuah ideologi. Kekristenan bukanlah filsafat. Kekristenan adalah "kabar baik" bahwa keindahan, Kebenaran dan Kebaikan ditemukan dalam diri Seseorang. Dan persekutuan orang percaya diadakan untuk menemukan dan mengeksplorasi koneksitas itu.
Apakah sebenarnya Kekristenan itu? Ini tentang Kristus. Tidak lebih. Tidak kurang. Kekristenan bukanlah sebuah ideologi. Kekristenan bukanlah filsafat. Kekristenan adalah "kabar baik" bahwa keindahan, Kebenaran dan Kebaikan ditemukan dalam diri Seseorang. Dan persekutuan orang percaya diadakan untuk menemukan dan mengeksplorasi koneksitas itu.
Bertobat tidak hanya sekedar “berbalik”, melainkan perubahan dalam koneksi. Yesus menggunakan kata Ibrani kuno Shubh, untuk menyerukan "pertobatan" yang berarti tidak melihat Allah dari kejauhan, tapi masuk dalam suatu hubungan di mana Allah adalah pusat komando dari koneksi tersebut.
Dan berkaitan dengan itu, saat ini gereja telah kehilangan “koneksi” itu. Saya percaya bahwa penyakit utama gereja saat ini adalah “Salah Makan”. Gereja menggantikan Yesus dengan pengajaran suplemen seperti: Karakter, pengembangan diri, keuangan gereja, prinsip kepemimpinan, kerajaan Allah, Kesatuan dan sejenisnya.
Itulah sebabnya melalui artikel ini, saya ingin menggugah dan
menggugat setiap kita untuk kembali berpusat pada keutamaan Kristus, Tuhan
kita…
1. Pusat dan lingkaran kehidupan Kristen tidak lain adalah pribadi Kristus. Semua hal lain, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan Dia dan tentang Dia, tidak bisa dibandingkan dengan kemuliaanNya. Mengenal Kristus adalah hidup yang kekal. Dan saat mengenal Dia lebih dalam, kita mengalami kekayaan yang tak terduga, itu adalah pusat utama kehidupan kita; dan seperti itulah orang-orang Kristen mula-mula mengalamiNya.
2. Yesus Kristus tidak dapat dipisahkan dari ajaranNya. Aristoteles mengatakan kepada murid-murid-nya, "Ikuti ajaranku." Socrates mengatakan kepada murid-muridnya, "Ikuti ajaranku." Buddha berkata kepada murid-muridnya, "Ikuti meditasiku." Konfusius berkata kepada murid-muridnya, "Ikuti ucapanku." Muhammad mengatakan kepada pengikutnya, "Ikuti ajaranku." kata Yesus kepada murid-muridNya, "Ikutilah Aku." Dalam semua agama lain, seorang pengikut dapat mengikuti ajaran pendirinya tanpa memiliki hubungan dengan pendiri itu secara langsung.
Tidak demikian halnya dengan Yesus Kristus. Ajaran-ajaran Yesus tidak dapat dipisahkan dari pribadi Yesus sendiri. Yesus Kristus masih hidup sampai sekarang dan ia terus memanifestasikan ajaranNya. Adalah sebuah kesalahan besar jika kita menganggap Kristus sebagai pendiri satu set moral dan etika. Yesus dan ajaranNya adalah satu. Medium dan Message adalah Satu. Kristus adalah inkarnasi dan personifikasi dari Kerajaan Allah.
3. Misi besar dan rencana Allah yang kekal di bumi dan di surga ada di dalam Kristus: Kristus sebagai Kepala dan Kristus korporat (Tubuh Kristus). Alam semesta ini bergerak menuju satu tujuan akhir yaitu kepenuhan Kristus di mana Dia akan memenuhi segala sesuatu dalam diriNya sendiri. Agar benar-benar missional, maka itu berarti semua dibangun diatas Kristus. Ia adalah jantung dan aliran darah dari rencana Allah. Jika kita sampai ketinggalan ini, kita kehilangan segalanya.
4. Menjadi pengikut Yesus tidak melibatkan imitasi, melainkan implantasi dan impartasi. Inkarnasi- adalah hal yang paling mengejutkan dan sulit dimengerti dari Kekristenan. Inkarnasi berbicara tentang Dia “yang telah ada, yang ada dan yang akan datang” tinggal dan hidup di dalam dan melalui kita. Inkarnasi tidak hanya berlaku untuk Yesus, itu berlaku juga untuk kita. Tentu saja, tidak dengan cara yang persis sama. Tapi serupa.
Kita telah dipenuhi "Roh" Allah yang membuat Kristus "nyata" dalam hidup kita. Kita telah dibuat, seperti yang Petrus katakan, "mengambil bagian dalam kodrat ilahi." Lalu bagaimana kemudian, dalam kaitan dengan kebenaran, kita masih saja meminta mainan dan pernak-pernik tak berguna itu? Bagaimana kita masih bisa bernafsu dengan dengan hal-hal agamawi? Kita sudah ‘dibakar’ dari tempat tinggi dengan api Allah dan diberi kehidupan ilahi. Kehidupan kita telah melewati kematian – dan mengalami kebangkitan oleh anakNya sendiri. Bagaimana bisa kita tidak bergairah dengan hal ini?
Ada perbedaan antara memaksa Jemaat meniru Yesus dan belajar bagaimana membiarkan kehidupan Yesus dalam kita. Yang pertama hanya akan berakhir dengan kegagalan dan frustrasi, sedangkan yang terakhir adalah pintu gerbang kedalam kehidupan dan sukacita dalam hati kita. Kita berdiri dengan Paulus: "Kristus hidup di dalam aku." Hidup kita adalah Kristus. Di dalam Dia kita hidup, bernapas, dan memiliki keberadaan kita. "What Would Jesus Do?" bukanlah Kekristenan. Kekristenan bertanya: "Apa yang Kristus lakukan melalui saya? Dan bagaimana Yesus melakukannya? "Mengikut Yesus berarti "percaya dan taat" dan membiarkan Dia mengalir melalui kuasa RohNya.
5. "Yesus sejarah" tidak dapat dipisahkan dari "Kristus yang imanen." Yesus yang berjalan di pantai Galilea adalah orang yang sama yang berdiam dalam kita saat ini. Tidak ada keterputusan antara Yesus dari Injil yang luar biasa, dan Yesus yang diberitakan oleh Paulus kepada jemaat Kolose.
Kristus yang hidup pada abad pertama memiliki pra-eksistensi sebelum waktu. Dia juga hidup pasca-eksistensi. Dia adalah Alfa dan Omega, Awal dan Akhir, A dan Z, dalam semua pada waktu yang sama. Dia berdiri di masa depan sekaligus pada akhir waktu pada saat yang sama. Kegagalan untuk merangkul kebenaran-kebenaran paradoks ini telah menciptakan masalah fundamental dan mengurangi kebesaran Kristus di mata umat Allah.
6. Ini mungkin membingungkan membedakan Kristus sebagai “penyebab” dengan pribadi Kristus itu sendiri. Ketika gereja mula-mula mengatakan "Yesus adalah Tuhan," mereka tidak bermaksud mengatakan "Yesus adalah Nilai-nilai utama hidup saya." Yesus bukanlah suatu sebab, ia adalah seseorang yang nyata, hidup, bisa diketahui, dicintai, disentuh, ditinggikan dan dirasakan. Dengan berfokus pada penyebab atau misinya tidaklah sama dengan berfokus padaNya atau mengikutiNya. Bisa saja anda melayani berkaitan tentang Dia, tetapi anda tidak mengalamiNya sendiri. Yesus membawa kita untuk berpikir tentang Allah secara berbeda, seperti halnya sebuah hubungan, dan bukan sesuatu yang terpisah dari hubungan itu.
7. Yesus Kristus bukan seorang
aktivis sosial maupun filsuf moral. Jika anda menyatakan Dia seperti itu,
itu sama saja dengan meremehkan kemuliaanNya. Keadilan yang terpisah dari Kristus
adalah hal yang mati. Yesus Kristus adalah perwujudan Keadilan, Perdamaian, Kesucian dan Kebenaran. Dia
adalah jumlah total dari semua hal spiritual. Ketika Yesus menjadi
abstraksi, iman kehilangan daya reproduksinya. Yesus tidak datang untuk membuat
orang jahat menjadi baik. Dia datang untuk membuat orang mati menjadi hidup.
8. Hal ini dimungkinkan kebingungan antara pengetahuan akademik atau teologi tentang Yesus dengan pengenalan pribadi Kristus itu sendiri. Keduanya berdiri terpisah sejauh seratus ribu juta galaksi. Kepenuhan Kristus tidak pernah dapat dipelajari melalui bangku kuliah saja. Iman Kristen memang menyentuh ranah rasional, tetapi yang utama menyentuh aspek misterius. Obat untuk “besar kepala” (karena pengetahuan) adalah hati yang besar.
Yesus tidak meninggalkan teologi Sistematika untuk murid-muridnya. Dia meninggalkan pribadiNya, nafas dan tubuhNya, untuk murid-muridnya.
Yesus tidak meninggalkan murid-muridnya dengan sistem kepercayaan yang koheren yang digunakan untuk mengasihi Allah dan sesama. Yesus memberikan murid-muridnya luka untuk disentuh dan tangan untuk menyembuhkan.
Yesus tidak meninggalkan Intelektualitas untuk murid-muridnya. Dia memberikan murid-muridnya iman relasional.
Orang Kristen tidak mengikuti ajaran sebuah buku. Orang Kristen mengikuti Seseorang, dan semua tentang Orang ini ditulis dalam sebuah buku yang kita kenal sebagai “Alkitab”. Firman yang tertulis adalah peta yang menuntun kita ke Firman yang Hidup. Atau seperti yang Yesus katakan, "Segala tulisan bersaksi tentang Aku." Alkitab bukanlah tujuan, melainkan sebuah kompas yang menunjuk kepada Kristus.
Alkitab tidak menawarkan rencana atau cetak biru untuk kehidupan. "Kabar baik" bukanlah seperangkat hukum baru, atau satu set perintah baru yang lebih etis, atau RENCANA baru dan lebih baik. "Kabar baik" adalah kisah hidup Seseorang, sebagaimana tercermin dalam Pengakuan iman Rasuli.
Misteri Iman menyatakan cerita ini: "Kristus telah mati, Kristus telah bangkit, dan Kristus akan datang kembali" Arti hidup Kristiani tidak datang dari kesetiaan pada doktrin teologis yang kompleks, tapi sebuah cinta yang penuh gairah tentang cara hidup di dunia yang berkisar pada Yesus, yang mengajarkan bahwa Kasih adalah bukanlah kesuksesan, bukan kekayaan atau kesehatan atau apa pun, tetapi Allah adalah kasih.
9. Hanya Yesus yang bisa menusuk dan kemudian mengubah kekosongan di jantung pengajaran gereja saat ini. Yesus Kristus tidak dapat dipisahkan dari gerejaNya. Walaupun Yesus berbeda dari MempelaiNya, tetapi Ia tidak terpisah darinya. Gereja adalah tubuhNya sendiri di bumi. Dan Allah di dalam Kristus hanya dikenal penuh dalam dan melalui gerejaNya. (Seperti kata Paulus, “The manifold wisdom of God – which is Christ – is known through the ekklesia.”)
Oleh karena itu, kehidupan Kristen bukanlah tentang mengejar individu. Ini merupakan sebuah perjalanan kebersamaan. Mengenal Kristus dan membuatnya dikenal bukan merupakan prospek individu. Mereka yang bersikeras terbang sendirian hidup akan selalu mengalami kesulitan. Kristus dan gerejaNya sangat erat bergabung dan terhubung. Apa yang telah dipersatukan Allah, janganlah ada yang memisahkannya. Kita diciptakan untuk hidup bersama Allah, dan kebahagiaan kita hanya ditemukan dalam hidup bersama Allah. Dan kesenangan Allah dan kegembiraanNya hanya ditemukan di dalamnya juga.
10. Ada nyanyian, "Oh, Yesus kuingin mengenalMu" Gereja lainnya bernyanyi, "Menjadi seperti Yesus," sementara yang lain menyanyikan, "Mengasihi Yesus lebih sungguh!"
Jika Yesus saja bisa bangkit dari kematian, setidaknya kita bisa bangkit dari tempat tidur, beranjak dari sofa atau kursi kantor, dan menanggapi kebangkitan Tuhan dalam diri kita, lalu bergabung dalam apa yang Dia lakukan di dunia. Kita memang bukan dari dunia ini, tetapi kita hidup di dunia ini untuk hak, kepentingan dan urusan Tuhan. Kita, secara kolektif, sebagai ekklesia Allah, adalah Kristus untuk dunia ini.
Saya berdoa, kiranya Allah memiliki orang-orang yang menjadi umat Kristus, melalui Kristus, dan memberikan hidupnya bagi Kristus. Orang-orang yang dilahirkan karya salib. Orang-orang yang dipenuhi gairah ilahi yang rindu membuatNya diagungkan. Seseorang yang telah mengalami sentuhan Mahakuasa. Seseorang yang hanya ingin mengenal Kristus, Dia yang disalibkan, dan membiarkan segala sesuatu yang lain jatuh di pinggir jalan. Seseorang yang menemukan kekayaanNya, menyentuh hidupNya, dan menerima cintaNya, dan membuat Dia dalam segala kemuliaanNya tak terduga, diketahui orang lain.
Orang Kristen tidak mengikuti agama Kristen, Orang Kristen mengikut Kristus.
Orang Kristen tidak mengabarkan dirinya, Orang Kristen memberitakan Kristus.
Orang Kristen tidak berbicara tentang nilai-nilai, intinya orang Kristen hanya tentang salib Kristus.
Lebih dari 300 tahun yang lalu seorang pendeta Jerman menulis sebuah himne yang dibangun diatas nama diatas segala nama:
Jesus Christ, the crucified.
This is that great thing I know; this delights and stirs me so: faith in him who died to save, His who triumphed o’er the grave:
Jesus Christ, the crucified.
Komentar